Senin, 08 Oktober 2018

Menyaksikan Sunrise di Sunan Ibu Kawah Putih


 Menikmati Keindahan Kawah Putih dari Sunan Ibu




Siapa yang tidak kenal kawah Putih, destinasi wisata paling dikenal di daerah Ciwidey Bandung selatan. Kawah yang terbentuk akibat dari letusan Gunung Patuha ini memiliki Keeksotikan kawah asam nya yang berwarna hijau dipadu dengan hamparan pasir putih nya yang indah. Dibalik keeksotikan nya ternyata kawah putih masih menyimpan kecantikan yang dapat dinikmati dari sisi lain. yaitu dari sebuah tebing bernama Sunan Ibu. Saat ini Sunan Ibu mulai dikenal sebagai spot menyaksikan matahari terbit atau Sunrise. Hal ini lah yang membuat saya penasaran dan berkeinginan kuat untuk mencumbui keindahannya.

Dari Bandung saya bersama ketiga teman memulai perjalanan jam 03.00 Pagi menggunakan sepeda motor. cukup niat memang bagi kami yang terbiasa bangun siang di hari Minggu bangun sepagi itu menuju Ciwidey untuk menyaksikan Sunrise di Sunan Ibu. perjalanan dari Bandung ke pintu masuk Kawah Putih saat itu hanya ditempuh 1 jam saja karena jalanan relatif masih sepi. sesampainya di Pintu masuk kami beristirahat sejenak di sebuah warung kopi yang berada persis di depan pintu masuk kawah putih. 

sambil menikmati secangkir kopi yang dihangatkan oleh api unggun saya berbincang dengan Pak Maman si pemilik warung. saya sengaja memulai perbincangan sebari bertanya mengumpulkan informasi tentang Sunan Ibu karena kami baru pertama kali. Pak Maman menuturkan untuk menuju Sunan Ibu dari pintu masuk Kawah Putih kita diharuskan melapor dulu ke petugas Perhutani untuk membeli Tiket masuk. Sementara pembelian tiket masuk baru dibuka jam 7 pagi, sontak kami berempat sedikit kebingungan karena niat kami menyaksikan moment matahari terbit yang harus berangkat lebih pagi. 

Akhirnya kami memutuskan untuk masuk ke area pintu masuk kawah putih mencari petugas Perhutani untuk mencari informasi. kami sudah berputar putar tak satu pun petugas yang kami temui, tanpa berpikir panjang kami pun nekad masuk melipir melewati samping portal agar tidak ketinggalan menyaksikan matahari terbit. setelah melewati portal kami memacu sepeda motor melewati jalanan yang dikelilingi hutan dengan medan terus menanjak. kemudian kami sampai di area parkir atas kawah putih yang ditempuh sekitar 20 menit dari pintu masuk. sesampainya di area parkir kami kembali kebingunan mencari jalan menuju Sunan Ibu, tak ada satupun orang dan kendaraan yang berada disitu. kemudian kami menghampiri kantor petugas Perhutani yang berada di area parkir namun sama tidak ada petugas yang berada disana. lalu kami berjalan mencari jalan menuju Sunan Ibu menggunakan senter handphone karena hari saat itu masih gelap. akhirnya terlihat petunjuk arah menuju Sunan Ibu, jadi dari area parkir mengambil jalan menanjak ke sebelah kiri. kami pun kembali memacu sepeda motor kami melewati medan yang semakin menanjak. tak lama 10 menit kemudian kami sampai di area parkir Sunan Ibu yang saat itu sudah cukup ramai oleh pengunjung. 

Saat akan memarkirkan sepeda motor kami dihampiri oleh seorang petugas dari Perhutani. Ia menanyakan perijinan kami mengunjungi Sunan Ibu, sontak kami sedikit panik karena saat di pintu masuk bawah tak satupun petugas yang kami temui untuk meminta ijin dan membeli tiket masuk. perbincangan pun semakin alot saat seorang petugas perhutani lainnya menghampiri kami, dengan nada sedikit tinggi ia menyuruh kami turun kembali menemui petugas yang berada di pintu masuk untuk melapor dan membeli tiket. Ia pun menegaskan aturan masuk ke kawah putih tidak boleh menggunakan sepeda motor. Saya pun meminta maaf karena di satu sisi kami memang salah masuk tanpa ijin, namun si petugas tersebut tetap keukeuh dan malah menganggap kami ilegal. kami pun tidak mau kalah terus melobinya sebari memberi penjelasan karena kami tidak bermaksud melanggar aturan di cap sebagai pengunjung ilegal. maklum kami baru pertama kali kesini dan masih minim informasi mengenai prosedur menunjungi sunrise view point Sunan Ibu. akhirnya petugas tersebut sedikit melunak saat saya ikuti ke kantor nya yang berada di area parkir. Ia mengijinkan kami masuk ke Sunan Ibu dengan catatan KTP kami ia tahan sebagai jaminan dan berjanji tidak akan mengulangi masuk tanpa melapor. dari yang sebelumnya galak petugas itu berubah menjadi baik dan saya pun berkenalan dengan nya, namanya Pak Suhendar salah seorang petugas Perhutani yang mengelola wisata Kawah Putih. Setelah KTP kami serahkan pak Suhendar mempersilahkan kami segera naik ke Sunan Ibu agar tidak ketinggalan menyaksikan matahari terbit.



dari area parkir kami berjalan kaki menaiki anak tangga yang terus menanjak. terlihat wisata Sunan Ibu ini sudah mulai tertata dengan baik, area parkir nya cukup luas terdapat pula fasilitas umum seperti WC. jalan menuju Sunan Ibu pun sudah tertata baik berupa anak tangga, selain itu di beberapa titik anak tangga terdapat tempat sampah. Berjalan kaki menaiki anak tangga sekitar 15 menit dari area parkir kami pun sampai di Puncak tebing Sunan Ibu. inilah spot baru di kawasan wisata kawah putih yang dijadikan tempat untuk menyaksikan moment matahari terbit. saat itu waktu sudah menunjukan pukul 05.30 pagi, kedatangan kami disambut kabut yang menghalangi kecantikan matahari yang terbit perlahan dari ufuk timur. keeksotikan kawah Putih pun tidak nampak terhalang kabut yang cukup tebal. sedikit kecewa memang namun kami tetap yakin beberapa saat lagi kabut akan tersibak tertiup angin. 
sunrise terhalang kabut

kabut mulai tersibak

Benar saja sekitar jam06.00 kabut perlahan mulai tersibak keeksotikan kawah Putih pun mulai terkuak. namun matahari sudah cukup tinggi moment terbit dari ufuk timur sudah lewat. tapi tak apa rasa lelah kami terbayar oleh keekostikan kawah putih yang terlihat sangat indah dilihat dari Sunan Ibu. kami pun tidak melewatkan moment indah ini, secara bergantian kami berswafoto mengabadikan moment keindahan Sunan Ibu. saat itu kami berkenalan dengan seorang pengunjung yang berasal dari Jakarta, namanya Om Felix. Ia adalah seorang fotografer yang menjadikan alam sebagai objeknya. Ia menuturkan tertarik menunjungi Sunan Ibu ini karena penasaran akan pesona keindahannya. lalu ia menawarkan kami untuk menjadi model foto nya, dengan senang hati kami pun mengiyakan tawaran menarik itu. Dengan kehandalan kamera dan bidikan nya yang sudah prodesional hasil foto kami terlihat sangat bagus, dan ia menjanjikan akan mengirim nya kepada kami.
bersantai menggunakan hammock

spot gazebo sebelum puncak tebing sunan Ibu

dari berbagai sudut Sunan Ibu memancarkan keindahannya, di area puncak Sunan Ibu ini terdapat sebuah bangunan keramat menyerupai makam yang katanya cukup sakral. baiknya kita sebagai pengunjung harus menghormati mitos ini karena kami hanyalah tamu. Jangan sekali sekali sompral atau berbicara seenaknya dan berbuat gaduh saat berada di kawasan Sunan Ibu ini karena akan fatal akibatnya. Menurut cerita pak Maman pemilik warung kopi di dekat Pintu masuk beberapa bulan lalu pengunjung dari Cirebon hilang sekitar 2 bulan di sekitar kawasan Sunan Ibu. saat ditemukan satu per satu dari mereka berada di tempat yang berbeda beda dalam keadaan sangat lemas. percaya atau tidak sebagai pengunjung kita harus sopan saat berkunjung ke sebuah tempat karena di alam kita terutama hutan merupakan tempat bagi makhluk selain manusia. setelah puas berada di Sunan Ibu kami segera turun, sampai di area parkir kami bergegas mencari Pak Suhendar dan di kantor nya pun sudah tidak ada. lalu kami segera turun saat sampai di area pintu masuk kami mengunjungi kantor Perhutani pengelola Kawah putih untuk mengambil KTP kami yang disimpan sebagai jaminan oleh Pak Suhendar. Setelah membayar tiket masuk kawah putih dan tiket Sunan Ibu KTP kami dikembalikan. lalu kami segera pulang kembali menuju Bandung.

para pemburu Sunrise

pemandangan kebun teh dari dekat area parkir sunan ibu




Tips Mengunjungi Sunan Ibu bagi Para Traveller
  • Persiapkan fisik dan mental karena akan menempuh medan yang cukup terjal
  • Bawalah jaket yang tebal karena cuaca disana sangat dingin
  • Bawa perbekalan dari rumah karena di Sunan Ibu tidak ada penjual makanan
  • bagi yang akan menyaksikan Sunrise baiknya jam4 pagi sudah sampai di pintu masuk
  • Jika berkunjung di waktu Pagi (menyaksikan Sunrise) sebaiknya cari petugas Perhutani yang berada di kantor dekat pintu masuk untuk melapor dan meminta Ijin
  • Jangan seperti kami nekad berkunjung tanpa melapor dan meminta ijin agar terhindar dari hal yang tidak diinginkan
  • Tidak disarankan menggunakan Sepeda motor dari Area Pintu masuk bawah ke Sunan Ibu karena aturan disana Sepeda motor dilarang masuk, bagi pengunjung bersepeda motor dapat menggunakan mobil ontang anting yang disediakan oleh pengelola
  • tiket masuk ke Sunan Ibu terdiri dari, Tiket masuk kawah putih Rp 20.000, mobil ontang anting PP Rp 15.000, Tiket masuk Sunan Ibu Rp 10.000, jadi total Rp 50.000
  • Jangan mengotori kawasan wisata Sunan Ibu terutama sampah karena wisata ini masih alami dan kita harus menjaga dan melestarikannya.
Kontak Petugas Sunan Ibu : 082130310020


Senin, 16 Juli 2018

Gunung Kembang, Pesona Anak Gunung Sindoro


Gunung Kembang, Pesona anak Gunung Sindoro


view puncak gunung kembang


Tidak segagah ibu nya yaitu Gunung Sindoro, tidak setinggi Ayah nya yaitu Gunung Sumbing, Gunung Kembang seperti baru terlahir mewarisi pesona dan daya tarik Ayah dan Ibu nya yang lebih lama dikenal  berkat keeksotikan dan Jalur pendakian nya yang menantang.

Kabupaten Wonosobo dikenal dengan pesona alam pegunungan nya yang khas, dikelilingi gunung-gunung tinggi yang memiliki daya tarik tersendiri. Sebut saja Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing yang merupakan 2 gunung berapi aktif paling dikenal di kabupaten Wonosobo, karena  letaknya berdekatan dan memiliki ketinggian yang hampir sama membuat kedua gunung ini sering dijuluki gunung kembar. Dibalik keeksotikan Gunung Sindoro dan Sumbing ternyata masih terdapat gunung lain yang namanya masih asing ditelinga pendaki Gunung Indonesia. Gunung ini bernama Gunung Kembang, letaknya berada di desa Blembem kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo, masyarakat sekitar menganggapnya sebagai anak dari Gunung Sindoro. Alasan nya cukup logis selain letaknya yang bersebelahan  bentuk dan karakter fisiknya pun hampir serupa dengan gunung Sindoro, yang membedakan hanya ketinggian nya saja karena gunung Kembang terlihat lebih pendek. Gunung Kembang memiliki ketinggian sekitar 2.340 meter diatas permukaan laut, sedangkan Ibu nya Gunung Sindoro memiliki ketinggian sekitar 3.150 meter diatas permukaan laut. Walaupun ketinggian gunung Kembang tidak seberapa namun letaknya yang berdampingan dengan dua gunung berapi eksotik yaitu Sindoro dan Sumbing membuat Gunung Kembang menjanjikan pemandangan indah  yang memiliki ciri khas tersendiri. Hal inilah yang membuat saya tertarik untuk mencoba menjajal mendaki Gunung Kembang.

Dari Bandung saya memulai perjalanan hari Jumat (29/06/2018) malam bersama seorang teman menggunakan Kereta Api dengan tujuan awal Yogyakarta. Pasalnya kami sudah janjian dengan teman teman kami dari Karpala (Kedaulatan Rakyat Pecinta Alam) yang sebagian besarnya berdomisili di kota Gudeg. Keesokan hari nya Sabtu pagi kami bergegas menuju kantor Harian umum Kedaulatan Rakyat untuk berkumpul bersama rekan-rekan kami yang juga akan mendaki Gunung Kembang. Kedatangan kami berdua saat itu disambut dengan hangat oleh mereka, kami pun dipersilahkan masuk beristirahat sejenak dikantor yang berada di Jalan Mangkubumi Yogyakarta. Obrolan semakin hangat saat secangkir kopi hitam menemani perbincangan kami ketika itu, tak terasa waktu sudah menunjukkan jam09.00. kami pun segera bersiap siap memulai perjalanan menuju basecamp pendakian Gunung Kembang menggunakan sepeda motor. Total ketika itu tim kami ada 7 orang menggunakan 5 sepeda motor. Dari jantung kota Yogyakarta kami memulai perjalanan ke arah utara menuju kabupaten Magelang kemudian setelah memasuki muntilan belok kiri melewati jalan raya borobudur, setelah itu kami terus mengikuti jalan memasuki jalan Sudirman, Jalan Syailendra , Jalan Sentanu, Jalan Salaman-Bener, Jalan Purworejo kemudian masuk ke Jalan Raya Wonosobo-Magelang yang jalannya mulai berkelok kelok dengan tanjakan dan turunan yang cukup ekstrim. Rasa pegal diperjalanan mulai terasa sampai akhirnya kami sampai di kecamatan Kertek kabupaten Wonosobo. Disini kami beristirahat sejenak disebuah warung makan untuk mengisi perut yang sudah mulai terasa lapar. Setelah itu perjalanan dilanjutkan, singgah sejenak di sebuah mini market untuk membeli logistik dan makanan untuk pendakian. 
Sekitar jam12.30 kami sampai di basecamp pendakian gunung Kembang jalur Blembem. Menempuh perjalanan sekitar 90km dari Yogyakarta dengan waktu tempuh sekitar 3 jam perjalanan. Basecamp Gunung Kembang via Blembem ini terletak di kawasan perkebunan teh Tambi, secara administratif berada di dusun Blembem, desa Darmakasihan kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo. Teman teman di basecamp akan menyambut kedatangan para pendaki dengan hangat. Disela istirahat di basecamp saya menyempatkan berbincang dengan salah seorang pengurus basecamp namanya Mas Danyang, menurutnya asal usul dinamai Gunung Kembang ini karena di kawasan Gunung Kembang banyak terdapat berbagai macam jenis bunga/kembang, menurut penelitian yang telah dilakukan oleh tim dari IPB (Institut Pertanian Bogor) disini terdapat 100 jenis spesies bunga anggrek termasuk 1 jenis anggrek langka yaitu anggrek Hitam yang sulit ditemukan keberadaan nya di tempat lain. Maka tak heran kalau masyarakat sesepuh dahulu menamainya Gunung Kembang. Uniknya ketinggian Gunung Kembang ini menurut penuturan Mas Danyang setiap tahun nya bertambah, sepuluh tahun yang lalu ketinggian gunung kembang hanya dikisaran 1.200 mdpl, sedangkan sekarang sudah mencapai diatas 2.000 mdpl, menurut penelitian hal ini disebabkan oleh aktivitas magma Gunung Sindoro yang mengalir ke Gunung Kembang sehingga memicu bertambah tinggi setiap waktunya.  Mas Danang menuturkan Jalur pendakian Gunung Blembem ini baru dibuka secara umum tepatnya tanggal 1 April 2018, saat itu pihak basecamp mengadakan pendakian secara massal yang terbuka untuk umum sekaligus launching Jalur, dimulai tanggal 30 Maret sampai 1 April 2018. Saat pendakian launching itu berdasarkan catatan dibuku tamu diikuti hampir sekitar 800 orang pendaki, belum lagi yang tidak tercatat mungkin kalau ditotal ada sekitar 1000 orang pendaki. Jalur pendakian nya bisa dikatakan masih perawan, masih belum banyak terjamah tangan tangan manusia, selain itu masih terdapat hewan liar seperti babi hutan, kijang bahkan macan tutul. Untuk itulah pengelola basecamp tidak mengizinkan mendaki di malam hari karena selain ditakutkan dijumpainya hewan liar petunjuk arahnya pun masih minim. dikhawatirkan pendaki akan tersesat jika mendaki dimalam hari. Selain itu mistis di Gunung Kembang cukup kuat dengan adanya berbagai cerita mistis yang dipercayai oleh warga sekitar. Setelah mengurus simaksi dan beristirahat sejenak kami melakukan packing ulang merapihkan dan menyusun kembali perlengkapan mendaki dan logistik yang akan dibawa. Dari 7 orang, tim kami yang akan ikut mendaki gunung kembang hanya 5 orang dikarenakan 2 teman kami kondisi nya sedang kurang sehat. 


Setelah semuanya siap sekitar jam2 siang kami memulai pendakian Gunung Kembang. Diawali dengan berdoa dan berfoto bersama di depan basecamp pendakian kami mulai, trek awal yang kami tempuh adalah melewati kebun teh Tambi. 



Dari sini jalurnya sudah mulai menanjak membelah perkebunan teh yang begitu asri. Papan petunjuk nya sudah cukup jelas berupa papan kayu berwarna merah yang menjadi acuan pendaki untuk melangkah. Satu jam berjalan jalur masih didominasi perkebunan teh sampai akhirnya kami sampai di Pos 1 Istana Katak. Beristirahat sejenak sambil mengatur kembali nafas, sekitar 15 menit kemudian pendakian dilanjutkan. Jalur tidak berubah masih dikelilingi perkebunan teh nan hijau, langkah demi langkah terus kami lalui dengan penuh semangat kemudian tiba lah kami di Pos 2 Kandang Celeng. 


Pos Kandang Celeng merupakan batas terakhir jalur perkebunan teh, disini merupakan titik awal pintu masuk hutan Gunung kembang yang katanya masih sangat asri dan alami. Perjalanan menyusuri jalur perkebunan teh dari basecamp sekitar 2 jam dengan langkah yang santai. Menurut penuturan warga dinamai Kandang Celeng karena disini dahulu nya banyak dijumpai Celeng atau Babi hutan.  

Setelah beristirahat sejenak dan berfoto kami melanjutkan perjalanan dari Pos Kandang Celeng memasuki hutan rapat yang terlihat masih asri. 



Jalurnya kali ini didominasi pohon pohon yang menjulang tinggi dengan dahan nya yang ditumbuhi lumut, tanah yang kami pijak merupakan akar dari pohon pohon tersebut. Hutan nya sangat rapat, sinar matahari pun nyaris tidak bisa menembus rindangnya pepohonan. Medan nya terus menanjak tanpa ampun, fisik kami mulai sedikit terkuras rasa lelah pun mulai terasa. Ditengah nafas yang mulai terengah di depan pandangan kami terdapat jalur yang cukup datar ternyata itu adalah Pos 3 Liliput, akhirnya kami beristirahat sejenak di pos 3 memulihkan kembali kondisi fisik yang mulai terasa lelah. Beberapa tegug air mineral dan potongan roti sedikitnya mampu menambah tenaga kami untuk kembali menempuh jalur hutan yang terus menanjak. Cuaca mulai terasa dingin, kami tidak berlama lama istirahat karena semakin lama akan terasa semakin dingin. Dari Pos 3 pendakian dilanjutkan dengan menempuh trek yang masih terus menanjak, hutan nya yang rapat membuat tanah yang kami pijak basah meskipun di musim kemarau seperti sekarang. Dari sini kami mulai bertemu beberapa rombongan pendaki lain yang akan naik mendaki gunung Kembang juga, diantaranya rombongan pendaki dari Semarang, Wonosobo dan Yogyakarta. setelah mendaki sekitar 30 menit kami kembali berjumpa dengan Pos yaitu Pos 4 Simpang 3. Seperti biasa di setiap pos yang tanah nya landai kami beristirahat sejenak memulihkan badan yang terasa lelah. Di pos 4 Simpang 3 ini kami menyempatkan berbincang dengan rombongan pendaki lain, dari salah satu rombongan terdapat seorang wanita berparas ayu, namanya Mba Icha. Menurutnya ia tertarik mendaki Gunung Kembang yang baru diresmikan jalurnya ini karena belum terlalu mainstream seperti Gunung-gunung lainnya di Jawa Tengah, selain itu keasrian hutan nya yang masih perawan jadi daya tarik tersendiri baginya. Pendakian kembali dilanjutkan dengan medan yang masih sama, terus menanjak dengan hutan rapat nya yg khas. Langkah kaki terus kami ayun, menyerah haram hukumnya, suara nafas kami semakin terdengar, rasa lelah harus kami lawan dengan mental yang kuat untuk sampai di puncak Gunung Kembang. 

Akhirnya tiba lah kami di Pos 5 Akar, pos ini merupakan pos terakhir di jalur hutan karena setelah ini jalur nya akan berubah menjadi lebih terbuka. Karena cuaca sudah sedikit gelap dan waktu telah menunjukkan jam5 sore kami tidak berlama lama beristirahat di pos 5. Hanya menarik nafas sejenak langkah kaki kembali kami ayunkan, dominasi pohon-pohon tinggi perlahan berkurang, sampai akhirnya jalur yang sebelumnya berupa hutan berubah menjadi terbuka dengan langit yang terlihat mulai gelap. Kali ini jalur yang dilewati berupa rumput ilalang, cukup indah memang namun medan terasa semakin lebih menanjak. Tak lama kami bersua Pos 6 Tanjakan Mesra, dimulai dari sini fisik dan mental kami benar-benar diuji dengan tanjakan yang sangat curam, mungkin inilah kenapa dinamai tanjakan mesra karena disini kita akan lebih mesra dengan tanah, seolah kami berpegangan mesra dengan jalur karena tangan sesekali digunakan untuk penopang saat melangkah agar tidak terperosok. Jalur terlihat terus menanjak, langit semakin gelap dan kabut mulai menghampiri, jarak pandang semakin tipis. Headlamp pendaki mulai dinyalakan untuk membantu menerangi jalur karena hari semakin gelap. Angin semakin kencang berhembus dingin semakin terasa menusuk tulang kami berhenti sejenak untuk memakai Jaket karena sudah tak kuasa menahan dingin. Langkah kembali diayunkan melahap tanjakan demi tanjakan sampai akhirnya terlihat ujung dari tanjakan yang kami harapkan itu adalah puncak. Benar saja begitu sampai diujung tanjakan tanah berubah menjadi datar dengan rumput ilalang disekelilingnya. Puncaaakkk teriak salah seorang rekan kami, setelah menempuh waktu pendakian sekitar 4 jam akhirnya kami sampai di puncak Gunung Kembang. Rasa lelah seketika hilang saat kami menginjakan kaki di puncak, karena hari sudah mulai malam dan langit sudah gelap kami langsung mendirikan tenda untuk beristirahat.  Kemudian kami mulai memasak air untuk membuat kopi hangat, dilanjutkan memasak mie instan dan nasi sebagai menu makan malam kami. Setelah perut diisi kami semua beristirahat untuk tidur agar keesokan harinya bisa bangun lebih pagi untuk menyaksikan moment matahari terbit dari puncak Gunung Kembang.


Keeksotikan Lukisan Alam di Puncak Gunung Kembang

Alarm berdering kencang jam 4 pagi, namun belum satu pun dari kami yang bangun karena masih betah berada di dalam sleeping bag. Baru sekitar jam5 pagi satu per satu dari kami mulai terbangun dan keluar dari dalam tenda. Langit masih sedikit gelap matahari di timur terhalangi gagahnya Gunung Sindoro yang menjulang tinggi. Untuk melihat moment matahari terbit kami harus berjalan sedikit ke arah selatan agar tidak terhalang oleh Gunung Sindoro. Dari sini sedikit terlihat di arah timur matahari yang mulai perlahan meninggi dengan langit yang menguning. 



Lukisan alam nya semakin indah karena dari kejauhan terlihat gunung merbabu dengan hamparan awan nya yang lembut, tak hanya itu saja Gunung Sumbing yang cukup dekat terlihat begitu eksotik dengan sosoknya yang gagah menjulang tinggi.  Sungguh lukisan alam yang sangat indah dan begitu memanjakan mata bagi siapapun yang melihatnya. Sarapan pagi yang nikmat melihat betapa indahnya ciptaan yang maha kuasa, inilah pesona keindahan yang dapat dilihat dari puncak gunung kembang. Kami pun secara bergantian berswafoto mengabadikan moment indah ini untuk menambah koleksi bingkai foto. Matahari perlahan mulai meninggi menghangati badan kami yang sebelumnya terus dirasuki rasa dingin. 




Dari sudut lain pandangan kami tak pernah luput dari keindahan lukisan alam, kembali berjalan ke dekat tenda gagahnya gunung sindoro semakin terkuak karena hari sudah mulai terang. dari sini Gunung Sindoro terlihat sangat dekat dengan kegagahan dan keeksotikan nya, 



selain itu tepat dibawah puncak gunung kembang yang menghadap ke Gunung Sindoro terdapat sebuah kawah mati yang terlihat sangat unik, kawah mati ini dinamai Bimo Pengkok, bentuknya berupa cekungan yang menyerupai mangkok, di dasarnya ditumbuhi rumput ilalang yang indah, konon katanya dikala musim hujan ditengah tengah nya terdapat kubangan air menyerupai danau yang menambah keelokan kawah mati ini. inilah daya tarik lain dari puncak Gunung Kembang, mitosnya menurut penuturan dari mas Danyang kawah mati ini dinamai Bimo Pengkok karena konon dulu nya sang Bimo (Bima) pernah terjatuh di Gunung Kembang tepatnya di lokasi kawah tersebut. Berjalan sedikit ke arah utara masih disuguhkan lukisan alam yang indah, dari sini terlihat indahnya dataran tinggi Dieng dengan puncaknya Gunung Prau. 



Dari sisi sebelah barat pun tidak mau kalah, Nampak dari kejauhan sosok Gunung Slamet yang tinggi dengan gagahnya memancarkan keindahan. Dari berbagai sudut puncak Gunung Kembang menyuguhkan panorama alam yang indah, walaupun tinggi nya tidak seberapa namun di puncaknya kita dapat menyaksikan keindahan lukisan alam yang tidak dapat dijumpai di Gunung lainnya. Sebagai pendatang baru di dunia pendakian Indonesia khususnya di pulau Jawa, Gunung Kembang memiliki potensi daya tarik tersendiri. Hal ini merupakan modal kuat bagi pengelola dan pemerintah daerah setempat untuk mengembangkan potensi wisata agar lebih dikenal masyarakat luas khusunya para pecandu ketinggian. Saat ini Gunung kembang dikelola oleh Skydoors Indonesia (Komunitas Penggiat alam tertua di Jawa Tengah) yang dipercaya oleh Perhutani untuk mengelola wisata pendakian Gunung Kembang. Setelah puas berfoto dari berbagai sudut kami kembali ke tenda untuk masak menyiapkan sarapan pagi. Sekitar jam9 pagi kami kembali turun agar sampai di basecamp tidak terlalu siang. 



Melewati jalur yang sama ketika pergi saat turun kita tetap harus berhati hati karena turunannya yang cukup curam dan pijakan tanahnya yang basah akan menjadi licin. Saat turun waktu tempuhnya lebih singkat, dapat ditempuh dengan waktu 3 jam saja dengan berjalan santai. Sekitar jam12 siang kami telah sampai kembali di basecamp, disela sela beristirahat saya kembali berbincang dengan Mas Danyang. Ia mempersilahkan bagi siapapun pendaki yang ingin mendaki Gunung Kembang untuk datang, namun ia menekankan agar teman-teman pendaki bisa sama sama menjaga kebersihan dan melestarikan keindahan Gunung Kembang dengan tidak membuang sampah sembarangan dan membawa turun kembali sampah yang dihasilkan. Ia pun menegaskan agar pendaki tidak merusak tanaman dan tidak membuat api unggun di puncak karena puncak Gunung kembang terdiri dari savana dengan rumput ilalang yang mudah terbakar. Selain itu mewakili pengelola basecamp  Ia menghimbau untuk semua pendaki yang akan naik ke Gunung Kembang untuk lebih safety dari mulai fisik dan perlengkapan serta obat-obatan pribadi mengingat trek gunung kembang yang cukup terjal menguras tenaga serta suhu udara yang sangat dingin dan sulit diprediksi.

Tips Mendaki Gunung Kembang

1.       Persiapkan kondisi fisik pastikan dalam keadaan sehat sebelum akan mendaki Gunung Kembang
2.       Bawa peralatan dan perlengkapan mendaki serta obat obatan Pribadi untuk menghindari resiko yang tidak diinginkan
3.       Dilarang mendaki diwaktu sore dan malam hari
4.       Dilarang mendirikan tenda di sepanjang jalur pendakian karena masih banyak terdapat hewan liar, hanya disarankan mendirikan tenda di puncak Gunung kembang
5.       Dilarang membuat api unggun terutama di puncak karena disana didominasi savana dengan rumput ilalang yang mudah terbakar
6.       Waktu pendakian terbaik adalah di pagi atau siang hari agar sebelum gelap kita sudah sampai di puncak
7.       Cara termudah untuk sampai di basecamp gunung kembang adalah menggunakan bis tujuan Terminal wonosobo, kemudian dilanjutkan menggunakan ojek karena tidak tersedia transportasi umum

Rincian Estimasi Biaya Transportasi Mendaki Gunung Kembang
1.       Tiket bis Bandung-Wonosobo                                                            Rp 85.000
2.       Ojek dari Terminal wonosbo ke basecamp                                        Rp 20.000
3.       Simaksi pendakian Gunung Kembang                                               Rp 10.000
4.       Tiket bis Wonosobo-Bandung                                                            Rp 85.000
5.       Ojek dari basecamp ke Terminal Wonosobo                                       Rp 20.000
Total estimasi Biaya                                                                            Rp 220.000

*Kontak basecamp Gunung Kembang : 08811303713 (Mas Danyang)